ONTOLOGI ILMU MANAJEMEN

ONTOLOGI ILMU MANAJEMEN

Setiap pengetahuan tidak bisa terlepas dari filsafat karena filsafat adalah akar dari segala pengetahuan manusia baik pengetahuan ilmiah maupun non ilmiah. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah hubungan antara filsafat dengan ilmu manajemen. Sekilas terlihat tidak ada kaitan antara kedua ilmu tersebut karena banyak orang berfikir bahwa filsafat itu bersifat abstrak dan bahasanya sulit dipahami; bahkan ada yang beranggapan bahwa filsafat hanyalah ilmu permainan kata. Sedangkan, ilmu manajemen merupakan ilmu yang konkret dan praktis. Namun, anggapan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara filsafat dan manajemen tidaklah benar. Filsafat dan manajemen ternyata memiliki kaitan yg erat. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Sebenarnya apakah ilmu manajemen itu? Apa saja yang dipelajari di dalamnya? Apa hubungannya dengan filsafat?

Peter Drucker, seorang ahli bisnis dan professor terkemuka di bidang manajemen berpendapat bahwa praktek dan ilmu manajemen memiliki dimensi filosofis yg sangat mendalam. Menurutnya, manajemen tidak bisa dilepaskan dari filsafat karena tanpa filsafat manajemen tidak memiliki pondasi yang kuat. Di sisi lain, tanpa manajemen filsafat akan menjadi hanya sebatas pengetahuan dan insight yang belum diterapkan ke dalam praktek.

Bagian dari filsafat yang berusaha menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu disebut sebagai filsafat ilmu. Dalam filsafat ilmu manusia berfilsafat dalam rangka mendapatkan ilmu. Bukan sekedar mencari jawaban, tetapi juga mengajukan pertanyaan yang tepat. Filsafat ilmu berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai:

  1. Obyek telaah suatu ilmu
  2. Wujud hakiki obyek tersebut
  3. Hubungan antara obyek dan manusia yang membuah ilmu dan pengetahuan
  4. Cara memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang benar
  5. Penggunaan ilmu dan pengetahuan

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal di atas, ada 3 kajian dalam filsafat yang digunakan, yaitu kajian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Yang akan dikupas lebih detail dalam tulisan ini adalah kajian Ontologi dalam ilmu manajemen yang akan membahas tentang apa saja yang menjadi persoalan dan apa saja yang dipelajari dalam ilmu manajemen.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno yang berasal dari Yunani. Istilah Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “on” atau “ontos” artinya yang ada dan “logos” artinya ilmu. Jadi, secara etimologi Ontologi berarti ilmu yang mempelajari apa yang ada. Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu kajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah Ontoogis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan:

  1. Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah?
  2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
  3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan

Ontologi seringkali disamakan dengan metafisika. Istilah metafisika pertama kali digunakan oleh Andronicus dari Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum masehi. Artinya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan yang menerobos melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas. Makna lain istilah metafisika adalah ilmu yang menyelidiki hakikat apa yang ada dibalik alam nyata.

Yang menjadi persoalan Ontologi dalam ilmu manajemen adalah: Siapa yang membutuhkan manajemen? Apa saja yang dipelajari dalam ilmu manajemen? Apakah manajemen itu hanya terkait dengan teknik dan tips-tips praktis untuk mengatur orang? Ataukah ada yang lain? Apakah sebenarnya hakikat ilmu manajemen?

Pengandaian Ontologis dari praktek manajemen adalah hakekat dari praktek manajemen. Hakekat itu merupakan “ada”-nya dari manajemen. Inilah esensi dari praktek manajemen. Tanpa hakekat ini praktek manajemen menjadi tidak bermakna. Ontologi dari manajemen adalah jaringan komunikasi intensif antar individu yang memiliki perbedaan keterampilan dan ilmu, namun bekerja untuk mewujudkan tujuan yang sama. Jaringan komunikasi itu tidak anonim, melainkan tertata dan mengarah pada tujuan yang jelas. Jaringan komunikasi itu juga mengandaikan adanya tanggung jawab masing-masing individu untuk berkomitmen pada tugas dan tujuan yang ada. Seperti yang juga diingatkan oleh Drucker, tujuan bersama tersebut haruslah terus diingatkan dan dipastikan kembali. Tujuan itu haruslah menjadi bagian dari identitas dan cita-cita bersama. Tanpa itu organisasi tidak lebih dari sebuah gerombolan. Jadi, Ontologi dari praktek manajemen adalah komunikasi dan tanggung jawab individual yang saling terkait satu sama lain tanpa bisa terlepaskan (Drucker, 2001, 12).

Oleh:

Liliek Yuliawati, S.Pd

Referensi:

http://rumahfilsafat.com/2010/07/06/filsafat-dan-manajemen-bisnis-dua-sisi-dari-satu-koin-yang-sama/

http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/manajemen-dan-filsafat/

http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2013/04/pengertian-ontologi.html

http://profnadiroh.wordpress.com/2011/04/11/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi/